Lika-liku di Pantai Tiga Warna


-ambil posisi yang enak ya, soalnya ini postingan yang panjang kali lebar kali tinggi-

Sesuai dengan kesepakatan tim 20 official bahwa pada tanggal 20 Agustus kami pergi ke Pantai Tiga Warna. Awalnya rencana untuk main di gagas oleh teman-teman wajak squad yang udah saya ceritain disini, namun karna kami kekurangan personil akhirnya kami mengajak teman yang lain dan cukuplah rombongan sebanyak 20 orang untuk pergi ke Pantai Tiga Warna. Pantai Tiga Warna tidak sembarang pantai, pantai ini istimewa. Sehingga untuk mengunjunginya kita harus melakukan booking terlebih dahulu, minimal dua minggu sebelum tanggal kedatangan. Karena proses mencari rombongan itu tidak mudah, maka dari itu baru h-seminggu kami bisa membooking untuk tanggal kedatangan 20 agustus. Awalnya sempet panik kalau gak bisa kebooking soalnya Pantai Tiga Warna ini udah terkenal akan keindahan bawah lautnya, pasti banyak yang ingin menghabiskan weekendnya ke sana. Ditambah lagi saya sms berkali-kali untuk booking tidak ada balesan sama sekali. Sampai pada suatu siang saya dan Frido taruhan. Kalau sampe dapet pantainya saya bakalan masak chicken blackpaper ala-ala saya dan Frido bakalan nraktir saya jank-jank. Dan sms balesan yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang juga dengan ucapan Selamat. Wuhuuu, ini artinya sih kita bakalan ke Pantai Tiga Warna dan itu artinya taruhan saya dan Frido harus di lakukan. Gapapa, yang penting kesampaian ke Pantai Tiga Warna. Horeeee...

Pantai Tiga Warna udah berhasil di booking, selanjutnya adalah nentuin mau pake apa kesananya. Ada yang usul pake motor dan ada juga yang memberikan usul pake mobil aja biar gak kehujanan. Karena dengan diskusi kami tidak mendapatkan jawaban akhirnya kami voting dan menggunakan motor keluar sebagai pemenangnya. Saya pikir keribetan mau ke Pantai Tiga Warna berhenti sampai disini, ternyata masih terus berlanjut. Di hari-hari menuju hari H satu per satu anggota rombongan mengundurkan diri. Ada yang karena akan ikut job fair, tes kerja, sampai mau nemuin dosen pembimbing. Ya karena kita juga gak bisa memaksa, mau gak mau kami relakan enam teman kami yang tidak jadi ikut. Sekarang tinggal tersisa 14 orang dalam rombongan sehingga biaya untuk iuran guide harus bertambah. Oh iya, selain melakukan booking untuk berkunjung ke Pantai Tiga Warna, rombongan yang kesana juga harus menyewa guide untuk menunjukkan jalan dari Pantai gatra ke Pantai Tiga Warnanya. Satu guide untuk sepuluh orang dengan biaya seratus ribu. Karena kami berempat belas, mau tidak mau kami harus menyewa dua guide dengan biaya totalnya dua ratus ribu. Mayan juga kalau dibuat beli bakso ya :p

Rame ya :p

Kami sepakat pada tanggal 20 itu kami berkumpul di alun-alun jam 6 pagi agar kami cepat sampai di Pantai Tiga Warnanya. Tapi rencana hanya jadi rencana saja. Masih ada aja oknum-oknum yang telat. Akhirnya kami baru berangkat sekitar pukul delapan pagi. Nah, disini nih saya mulai bete. Gak suka aja loh sama orang-orang yang telat ini. Kalo kata temen saya jaman semeser 5, itu orang-orang yang telat adalah orang-orang yang tidak bisa menghargai waktu dan pengorbanan orang lain. Yah, bayangin aja sih kalian udah berusaha dateng on time jam 6 terus ada temen kalian yang baru datang jam 8, apa kalian gak capek nunggunya? Apa kalian gak berkorban bangun pagi biar gak telat? Yaudahlah ya, kita doakan orang-orang yang suka telat agar segera bertobat saja, heheu

Perjalanan ke Pantai Tiga Warna yang terletak di Malang Selatan membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga jam perjalanan. Entahlah, saya lagi apes atau apa. Ditengah perjalanan yang khidmat bisa-bisanya dan tumben-tumbennya telkomsel nelpon saya. Hmm, langsung saja saya ketusi kalo saya lagi di jalan. Eh, baru mau nutup telpon tiba-tiba motornya masuk ke lubang dan “jedug” rasanya saya mental. Ya Tuhan, untung gak jatuh hiksss

Tak lama setelah saya di telpon Telkomsel, tulisan Pantai Tiga warna yang sedari tadi saya cari akhirnya keliatan juga. Rute perjalanan dari Malang ke Pantai Tiga Warna sama dengan ke arah Pantai Gatra yang saya tulis disini atau disini.

Sebenarnya Pantai Gatra dan Pantai Tiga warna ini bersebelahan. Loket masuknya saja satu. Bedanya kalau kita ke Pantai Gatra tidak menggunakan guide sedangkan kalau kita ke Pantai Tiga Warna kita harus menggunakan guide. Dan mereka sama-sama di area CMC (Clungup Magrove Conservation). Kalau kata guide yang nemenin rombongan saya, alasan Pantai Tiga Warna harus booking dan menggunakan guide adalah karena pengunjung ke Pantai Tiga Warna di batasi sehingga ekosistemnya tidak rusak dan terganggu, termasuk sampah yang dihasilkan pengunjung. Oh iya, sebelum rombongan masuk ke Pantai Gatra maupun Tiga warna, rombongan selalu di cek mengenai sampah yang di bawa agar sampah yang dibawa tidak di buang di pantai melankan dibawa kembali pulang oleh para pengunjung. Sayangnya pos pengecekan sampah ini tidak ketat, sehingga pengunjung masih bisa berbohong dan menyembunyikan sampahnya.

Pantai Gatra, sekarang udah ada kapal gituan :'

Sebenernya ada dua track jalan yang ditawarkan guide untuk menuju Pantai Tiga Warna, yaitu full track yang bisa ditempuh sekitar satu jam perjalanan dan rombongan akan mendapatkan tiga pantai sekaligus, dan satunya track pendek yang dapat ditempuh selama 15 menit tapi rombongan tidak mendapatkan tiga pantai melainkan langsung diantar ke Pantai Tiga Warna. Karena saya dan teman-tean sudah tidak sabar untuk snorkeling, akhirnya kami memilih untuk track pendek saja mengingat juga hari sudah siang.

Cerita di Pantai Tiga Warna menjadi sangat berwarna ketika keapesan saya berlanjut. Kacamata snorkeling yang saya gunakan ternyata rusak sehingga membuat air mudah masuk ke mata dan ke hidung. Jadi saya gak nyaman snorkelingnya takut-takut tenggelem soalnya saya gak bisa renang juga. Akhirnya saya merapat ke tepi dan cerita ke salah satu teman saya, dia mengusulkan lebih baik saya menukar kacamata itu soalnya lumayan berbahaya. Ya karena alasan teman saya itu logis dan saya gak mau mati konyol juga, saya putuskan untuk menukarnya. Tapi bukan smabutan baik dari guide yang saya terima malah saya harus drama, adu mulut, dan saya dimarahi oleh guide tersebut. Dia bilang bahwa kacamatanya baik-baik saja, padahal jelas-jelas itu patah dan bisa kapan saja putus talinya. Karena saya gak mau berurusan panjang, saya tinggal saja guide itu dan mencari guide saya di tempat penyewaan alat snorkeling. Disana saya agak sedikit kaget karena alat snorkeling yang selesai dipinjam tidak di cuci hanya dicelupkan di air dan diangkat. Padahal sepengalaman saya snorkeling di Gili Labak, selesai alat snorkeling di pinjam langsung direndam dan dicuci. Padahal kan alat snorkeling itu di pakenya di mulut, bukannya dari mulut itu penyakit mudah banget nular ya? Hmm, entahlah. Hanya bisa berdoa semoga kita sehat-sehat saja.

pemandangannya bagus Gatra, sumpah deh

Kekecewaan saya tidak berhenti dari guide yang telah tidak sopan memaki pengunjungnya tapi juga keadaan Pantai Tiga Warna yang jauh dari pikiran saya semula. Pantainya kotor pemirsa, banyak sampah plastik. Bahkan ketika snorkeling bukan ikan yang dilihat teman saya melainkan popok/pampers di tambah air yang keruh. Dan ketika penjaga pantai di tanya dimana spot rekomen untuk snorkeling, kami hanya ditertawakan dan di tinggal pergi. Parahnya lagi ketika ada dua teman saya yang terkena sengatan ubur-ubur tidak ada satu guidepun yang bisa melakukan pertolongan pertama untuk kasus tersebut. Saya bertanya-tanya dalam hati apa ini guidenya dadakan jadi gak ada latihan penolongan pertama gitukah? Setelah saya lihat di om gugel, penolongan pertama disengat ubur-ubur itu mudah dan tidak memerlukan alat-alat. Tapi mengapa para guide yang lumayan banyak disana tidak tahu? Yah, seperti menyesal membayar dua ratus ribu untuk yang seperti ini. selain itu juga, sepanjanh perjalanan menuju Pantai Tiga Warnapun dari dua guide yang kami sewa tidak ada yang bercerita asal-usul Pantai Tiga Warna atau apapunlah yang sekiranya berkaitan dengan Pantai Tiga Warna. Kecewa saya, kecewa.

Cukup sekali sajalah saya pergi ke pantai tiga warna yang dielu-elukan keelokannya ini. Mungkin saya sedang tidak beruntung, sehingga ketika pergi kesana tidak mendapatkan guide yang profesional, tidak mendapatkan pengalaman snorkeling yang indah karena airnya kotor, dan tidak mendapatkan pelayanan atau fasilitas yang seharusnya. Semoga ini hanya keapesan saya, semoga teman-teman yang berkunjung ke sana mengalami pengalaman yang indah dan amazing.

berasa gak di pantai, tapi kolam renang :'

Nulis kritik kalau gak diberi saran kaya lempar batu sembunyi tangan. Untuk itu saya punya sedikit saran untuk pengelola Pantai Tiga Warna agar kedepannya bisa lebih baik lagi
1. Benar-benar dibatasi kuota untuk kunjungan ke Pantai Tiga Warna dan diberikan informasi kepada pengunjung ketika pantai sedang kotor atau tidak cocok dilakukan snorkeling.
2.  Guide/pemandu wisata lebih belajar lagi mengenai Pantai Tiga Warna. Lebih aktif bercerita bukan hanya berfungsi sebagai penunjuk jalan saja.
3. Guide/pemandu wisata dibekali atau diberi pelatihan mengenai penanganan pertama mengatasi keseleo, tersengat ubur-ubur, terkena bulu babi, atau ketika pengunjung tenggelam.
4. Alat snorkeling dibersihkan sesuai standart kebersihan
5. Alangkah lebih baiknya penjual di Pantai Tiga Warna ditiadakan. Banyak penjual yang akhirnya membuat banyak sampah. Hal ini tidak sesuai dengan larangan pengunjung yang tidak diperbolehkan membuang sampah sembarangan tapi dibalik itu masih banyak penjual di sana.
6. Sopan santun guide lebih ditingkatkan. Kasian pengunjung bayar mahal-mahal tapi diperlakuan tidak dengan semestinya.

Bukan maksud apa-apa sih saya bercerita seperti ini, Cuma pengen sekedar sharing pengalaman aja mudah-mudahan bermanfaat untuk pengelola Pantai Tiga Warna dan pengelola pantai-pantai lainnya.  Semoga kedepannya Pantai Tiga warna bisa menjadi pantai elok tidak hanya pada awal dibuka tapi untuk seterusnya.

tetep berasa summer time kok :p

Terimakasih pengalamannya teman-teman 20 official, meskipun kita kurang beruntung semoga apa yang kita rasakan bisa bermanfaat dan membantu pelestarian alam.

Sampai jumpa
Semoga bahagia

You Might Also Like

11 komentar

  1. pemandangannya itu loh yang bikin gue takjub !! ini amazing coy !!!! , apalagi buat gue yang suka fotografi yang biasa hunting sana sini kagak karuan . Kayaknya nih tempat cocok buat foto pre wedding gue , eh salah buat foto foto bareng temen .

    BalasHapus
  2. Bukannya kita pernah kesini ya, Sya, mau pantai gatra, tiga warna atau celungup kayaknya viewnya sama aja. Ya gak sih?


    Itu kejadian telatnya sama kayak pas kita ke Celungup itu, ya? 😂

    BalasHapus
  3. Meskipun viewnya itu bikin mata gue jam segini adem, tapi tetep. Banyak banget hal yang harus diperbaiki.

    Ini nih tempatnya emang berdekatan gitu atau gimana sih? Tuh, kata temen yang komentar di atas, bilangnya sama aja. Gue gak tau, sih. hehehe.

    Gue setuju banget sama kritik dan sarannya. Ya, lagian gak mungkin guide kerjanya cuman. "Tuh... ke sana..."

    "TUh... jangan dipegang. Nanti meladak."

    Masa iya cuman gitu. Harus nyertain juga yakan? Biar pengunjung punya edukasi yang baik terhadap pantai ini.

    BalasHapus
  4. Menurut gue viewnya masih kerenan pantai gatranya mb, keknya lebih keren aja gitu, dari pada yang tiga warna, itu snorklingnya pasti gak nyaman banget kalo airnya kotor begitu.

    setuju banget sih sama kritik dan sarannya, mungkin lebih dipertegas lagi masalah kebersihan disitu, tapi overall keren, karna paling suka liburan tuh dipantai, hehehe...

    BalasHapus
  5. gue gondok sih baca cerita yg ketika elu mau nukerin kacamata itu, kampret amat guidenya. abis itu pake d maki'' lah, dibiarin aja ga d tlongin. wah itu sih, kalah sama pengunjung lain yg msih pnya hati buat nolong.
    tapi butek gitu ya?
    awal bacanya semangat pengen ngunjungin, eh d tengah sampe terakhir malah gondok sama pelayanan yg d beri sama guidenya hahaha

    tampol aja sih seharusnya guidenya, kan udah bayar juga

    BalasHapus
  6. Pantainya keliatannya masih bersih nih, bagus. Semoga dinas pariwisata bisa merawat pantai ini benar-benar, jangan sampai kayak pantai-pantai lain di Pulau Jawa yg sekarang udah jadi jelek karena tercemar oleh sampah.

    Btw kenapa dinamain Pantai Tiga Warna? Mananya yg tiga warna? Penasaran...

    BalasHapus
  7. Aku pingin kesini juga ih.. :(
    Eh mau nanya nih, emang kalau ke pantai tiga warna rombongannya harus 20 oran gitu? Atau kalian lagi menekan harga, hehehehee :D
    Kalau harus nunggu 20 orang barengan, lak yo kangelan pisan.

    BalasHapus
  8. Serius ada popok melayang2 pas snorkling? Jijik.... aduh.. sayang banget.... Padahal namanya udah unik 3 warna. Orang pasti udah penasaran.. aku pas baca awalnya aja uda penasaran.. aku jd ikut kecewa....

    BalasHapus
  9. Tolong ajakin gue ke pantai gatra sama pantai tiga warna!!! Gue mau banget main di pantainyaa. astagaa

    Eh jadi pantai gatra sama tiga warna, sebelahan doang?? terus yg bikin beda apaan dok? ko harus di booking dulu??

    BalasHapus
  10. keren... kalau stress2 sama polusi udara kota, pantai itu salah satu pelarian terbaik. udaranya, pemandangannya, suasanya... menenangkan deh ya :))

    BalasHapus
  11. Fix!!

    Gue harus liburan biar ga stress ngeliatin orang pada liburan.

    Kalo gue pasti udah kesal banget kalo guide gak bertanggung jawab begitu. Guide begitu kayak penjaga pantai tapi gak bisa berenang, buat apa. Keknya gue harus cari tau dulu daerah - daerah yang mau gue jadiin destinasi liburan, biar gak nyesal banget dapat guide begitu :D.

    BalasHapus

Seperti didengarkan jika kamu memberi komentar :)